MAKALAH
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
“
MANUSIA DAN PERADABAN ’’
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
KELOMPOK
2 :
1.
NILFA
DILLA LUBIS (1131111022)
2.
NOVA
HARLINA (1131111026)
3.
OKI
RISMAWATI SIANTURI (1131111029)
4.
RAFIKA
NUR NASUTION (1131111031)
5.
SEKAR
DRYA FAJRIN NURINA (1131111038)
6.
SILVINA
RICCA BR GINTING (1131111039)
KELAS : A REGULER 2013
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTASI
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manusia Dan Peradaban” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi
salah satu tugas Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar . Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, didalam makalah ini penulis berusaha menjelaskan bagaimana manusia
dan peradabannya.
Makalah
yang penulis susun ini belumlah sempurna, akan tetapi penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sampai selesai. Serta ucapan terimakasih penulis
sampaikan juga kepada Bapak Dosen yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Akhir
kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bukan hanya bagi penulis
sendiri namun juga dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca makalah ini
untuk menambah wawasannya. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, Maret 2016
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1
1.1.
Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
1.2
Rumusan Masalah ……………………………………………………………. 1
1.3.
Tujuan Pembahasan ………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….. 3
2.1 Pengertian Peradaban ………………………………………………………….. 3
2.2 Peradaban Klasik Kuno ………………………………………………………... 4
2.3 Gugus Peradaban Dunia ………………………………………………………. 4
2.4 Identitas Budaya ………………………………………………………………. 5
2.5 Peradaban
dan Teori System ………………………………………………….. 7
2.6 Masa
Depan Peradaban ……………………………………………………….. 8
2.7 Runtuhnya Peradaban …………………………………………………………. 9
2.8 Peradaban dan kritik …………………………………………………………… 11
2.9 Modernisasi ……………………………………………………………………. 12
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………… 14
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 14
3.2 Saran ………………………………………………………………………….. 14
DAFTAR
PUSTAKA …………………………………………………………………. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Manusia
merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Melalui akalnya
manusia dituntut untuk berfikir menggunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu
yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk menggunakan fisik / jasmaninya
melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut
untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan
peradaban mempunyai hubungan yang sangat erat karena diantara keduanya saling
mendukung untuk menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu
peradaban timbul karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya faktor
manusianya yang melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban
mempunyai wujud, tahapan dan dapat berevolusi / berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Dari peradaban pula dapat mengakibatkan suatu perubahan
pada kehidupan social. Perubahan ini dapat diakibatkan karena pengaruh
modernisasi yang terjadi di masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari peradaban ?
2.
Bagaimana Peradaban Klasik Kuno?
3.
Bagaimana Gugus Peradaban
Dunia?
4.
Bagaimana Identitas Budaya?
5.
Bagaimana Peradaban dan Teori System?
6.
Bagaimana Masa Depan Peradaban?
7.
Bagaimana Runtuhnya
Peradaban?
8.
Bagaimana Peradaban dan
kritik?
9.
Bagaimana Modernisasi?
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun
yang tujuan yang akan di dapat dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian dari peradaban.
2.
Untuk mengetahui Peradaban Klasik Kuno.
3.
Untuk mengetahui Gugus Peradaban
Dunia.
4.
Untuk mengetahui Identitas Budaya.
5.
Untuk mengetahui Peradaban dan Teori Sistem.
6.
Untuk mengetahui Masa Depan Peradaban.
7.
Untuk mengetahui Runtuhnya
Peradaban.
8.
Untuk mengetahui Peradaban dan
kritik.
9.
Untuk mengetahui Modernisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Peradaban
Dalam
Bahasa Indonesia kata “Peradaban” berasal dari kata “Adab” yang berarti akhlak
atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Seorang yang dikatakan beradab
adalah apabila dia dapat menunjukkan perilaku sopan dan mematuhi norma – norma
yang berlaku didalam kehidupannya bermasyarakat.
Dalam Bahasa Inggris
istilah “Peradaban” disebut civilization yang
berarti “penyempurnaan pemikiran, tata karma, atau rasa”. (refinement of thought, manners, or taste”) .(Webster’s , 2004 : 226
).
“Peradaban” sering disamaartikan dengan
“budaya” yang melingkupi “ kesenian, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,
nilai, bahan perilaku dan kebiasaan yang merupakan cara hidup”, tatap dalam
definisi yang paling banyak digunakan, istilah “Peradaban” adalah sebuah
istilah deskriptif untuk pertanian dan budaya perkotaan yang relative kompleks, dicirikan oleh
ketergantungannya pada pertanian, perdagangan jarak jauh, pemerintahan
berbentuk negara, adanya spesialisasi pekerjaan, kependudukan, dan stratifikasi
kelas.
“Peradaban “ juga diartikan sebagai
perilaku normative dalam konteks masyarakat, kata ini mulai dikenal luas sejak
kaisar, Justinian, pada abad ke 6, dimana cara hidup di perkotaan dianggap
lebih unggul dari cara hidup “Liar”atau “Barbar”.
Peradaban adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyebut bagian-bagian atau
unsur-unsur suatu kebudayaan yang
dianggap halus, maju, dan indah. Dalam definisi peradaban juga mengandung
adanya perkembangan pengetahuan dan
kecakapan, sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat ”Beradab”. Karena itu,
manusia beradab salah satunya memiliki ciri mampu mengendalikan dirinya, yakni
menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Peradaban juga sering menunjuk pada kemajuan ekonomi,
teknologi, dan politik.
Albert Schweitzer, dalam The Philosophy of
Civilization, menemukan dua jenis pemikiran tentang peradaban dalam masyarakat.
Pertama menyangkut peradaban yang murni materi dan kedua menyangkut etika dan
material. Ia memahami “Peradaban” sebagai totalitas dari semua kemajuan yang
dibuat oleh manusia di setiap wilayah tindakan dan dari setiap sudut pandang
sejauh kemajuan tersebut mendukung penyempurnaan spiritual individu sebagai
kemajuan dari semua kemajuan.
2.2 Peradaban
Klasik Kuno
Peradaban klasik kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode
antara 600 SM dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformasi,
dari Cina, India, Iran, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya
(Jasper dalam Tarnas, Richard, 1993). Julian Jaynes menhubungkannya dengan
“runtuhnya pikiran bikameral”. Dimana ide-ide bawah sadar hanya diakui sebagai
subjektif, bukannya sebagai suara dari roh-roh. William H. McNeil mengkajiya
dari periode sejarah sebagai salah satu budaya di mana kontak antara peradaban
sebelumnya terpisah dengan melihat “penutupan
oecumene” dan menyebabkan perubahan sosial dipercepat dari Cina ke
Mediterania, berhubungan dengan penyebaran mata uang, kerajaan yang lebih besar
dan agam-agama baru. Pandangan ini telah diperjuangkan oleh Christopher
Chase-Dunn dan ahli teori sistem dunia lainnya.
2.3
Gugus Peradaban Dunia
Peradaban dunia dikelompokkan beberapa gugus yaitu
perdaban Mediterania, Perdaban Timur Tengah, Peradaban India Hindu dan Buddha,
Peradaban Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat dan perdaban
Meso-Amerika.
1.
Gugus Mediterania dari periode
klasik meliputi peradaban Yunani Kunno dan peradaban Hellenic, peradaban
Phoenicia, Kekaisaran Romawi , Hlyria serta peradaban Ltene Celtene Celtic.
2.
Gugus Timur Tengah meliputi
perdaban Persia sejak Achaemenids. Kedua Bait Yudaisme, peradaban Phoenix, dan
peradaban Islam.
3.
Gugus India Hindu dan Buddha meliputi
peradaban Pos-Maurya India, Kemaharajaan Gupta di India Utara, Kerajaan Chola
di India Selatan, dan peradaban Ceylon kuno.
4.
Gugus Asia Tenggara meliputi
peradaban Funan dan Chen-la, Angkor Kamboja, Sriwijaya, Singahasari, Majapahit
serta Peradaban Burma, Thai dan Laos.
5.
Gugus Asia Tengah meliputi
peradaban Tibet, Turki, dan Mongol. Sedangkan peradaban Eropa meliputi peradaban
Georgia dan Armenia, peradaban Kristen Barat, Byzantium, Kristen Ortodoks Timur
dan perdaban Russian.
6.
Gugus Meso-Amerika meliputi;
peradaban Aztec dan peradaban Maya. Karena perjalanan penemuan oleh penjelajah
Eropa-15 dan abad ke-16 terjadi perkembangan lain di Eropa. Bentuk
pemerintahan, industri, perdagangan dan budaya telah menyebar dari Eropa Barat,
ke Amerika, Afrika Selatan, Australia, dan melalui kerjaan kolonial, keseluruh
planet bumi. Hal terrsebut akan mengarahkan pemikiran bahwa kita semua adalah
bagian dari sebuah planet industrialisasi peradaban dunia dan bahasa, kecuali
beberapa masyarakat yang tidak terubungi.
2.4
Identitas Budaya
“Peradaban” dapat juga menggambarkan identitas budaya dari suatu
masyarakat yang kompleks. Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun
yang tidak beradab, memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu
dan seni, yang membuatnya unik. Dalam hal seperti ini, peradaban lebih rumit
dari budaya. Sastra, seni profesional, arsitektur, agama, adat istiadat dan
kompleks terkait dengan para elite termasuk dalam peradaban ini. Untuk memiliki
lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk melaksanakannya,
peradaban senantiasa menyebar.
Namun sampai hari ini
(2009), beberapa suku atau orang-orang tetap tidak beradab. Budayanya
disebut oleh beberapa orang sebagai budaya “primitif” walaupun bagi sebagian
orang istilah “primitif” ini mengandung arti merendahkan.
Istilah “primitif” berasal dari bahasa latin “primus” yang berarti
budaya “pertama”. Sebagai ganti istilah “primitif” banyak antropologi menggunakan
istilah “non-melek” (buta huruf) untuk mengambarkan orang–orang seperti ini. ( Wikipedia free encyclopedia,
27 September 2009).
Dunia beradab menyebar dengan invasi, konversi, keagamaan,
perpanjangan birokerasi control dan perdagangan, serta dengan memperkenalkan
pertanian dan budaya menulis untuk orang-orang buta huruf yang dianggap tidak
beradab. Beberapa orang mungkin rela beradaptasi dengan perilaku beradab,
tetapi peradaban juga disebarkan dengan kekerasan: jika kelompok “non-melek
(buta huruf) tidak ingin melaksanakan pertanian atau menerima agama tertentu,
sering dipaksa untuk berbuat yang demikian oleh orang-orang yang beradab, dan
biasanya mereka berhasil karena memiliki teknologi yang lebih maju.
Orang-orang mengangap dirinya beradab sering menggunakan agama
untuk membenarkan tindakannya, misalnya dengan mengklaim bahwa orang yang tidak
beradab adalah “primitif,” liar, biadab, atau sejenisnya, yang harus ditundukan
oleh peradaban.
Budaya rumit yang berkaitan dengan peradaban cendrung menyebar dan
mempengaruhi budaya-budaya lain, kadang-kadang berasimilasi kedalam peradaban
(contoh Jepang, Vietnam, dan negara-negara tetangga). Banyak peradaban yang
benar-benar besar yang melingkupi banyak negara dan wilayah. Identitas budaya
paling luas dari orang tersebut adalah peradaban dimana dia hidup. Etiologi
peradaban adalah bahasa Latin atau Romawi. Didefenisikan sebagai penerapan
keadilan dengan “sipil,” tetapi juga meneliti dan merenungkan peradaban Yahudi
atau Ibrani.
Peradaban Ibrani tidak didefenisikan sebagai ekspresi atau peluasan
dari jebakan subjektif dan budaya masyarakat , melainkan sebagai masyarakat
manusia dan budaya menjadi ekspresi objektif tambatan moral atau etika seperti
yang diketahui, dipahami dan diterapkan sesuai dengan “ajaran Musa” (Mosaic Covenant).
Suatu peradaban “manusia” akan menjadi ekspresi dan perluasan dua
pilar “peradaban” paling dasar yaitu bobot kejujuran yang distandarisasi dan
ukuran-ukuran moral dan konstitusi kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah
teknologi, ilmu pengetahuan, seni, musik, dll, adalah dengan definisi ini
dianggap sebagai komentar.
Memang, untuk tingkat wilayah permukaan masyarakat manusia, yaitu,
kebudayaan adalah “beradab,” adalah tingkat medan internal (karakteristik,
keperibadian, atau subtansi) dari orang-orang dan kepemimpinan yang harus juga
“di inokulasikan” (inoculated) dan ditanamkan dengan landasan moral. (Wikipedia free
encyclopedia, 27 September 2009).
Sementara masyarakat lain menjadi beradab dengan budaya, orang Yahudi
telah beradab dengan standar “kesopanan” Bibel, sementara sebagian besar
sentimen Roma terfokus pada upaya memproleh keadilan yang dilakukan dengan cara
“sipil”. Pada prinsipnya Alkitab Ibrani atau pendekatan terhadap keadilan orang
Yahudi, tidak pernah terbatas pada subjektifitas atau sekedar penampilan,
tetapi yang lebih penting, keadilan harus didasarkan atas prinsip-prinsip
objektif. “Pada akhirnya, tidak ada kebenaran atau “peradaban” abadi bagi
setiap manusia dalam ketiadaan moral yang tenang “( Ultimately, there is no true or lasting “civility” for any man in the
absence of moral composure).
Banyak sejarawan telah berpokus pada lingkup budaya yang luas ini
dan memperlakukan peradaban sebagai unit tunggal. Salah satu contohnya adalah
pada awal abad kedua puluh filsuf Oswal Spengler, 1911, meskipun menggunakan
kata Jerman “Kultur.” “Cultur”
untuk yang kita sebut “ peradaban” baru dengan potensi budaya baru yang
terbentuk di sekitar dan menarik simbol budaya baru.
Konsep “keterpaduan budaya” (unifed
culture) tentang peradaban ini juga mempengaruhi teori-teori sejawan Arnold
J. Toynbee pada pertengahan abad kedua puluh. Toynbee dalam bukunya, A study of
History, mengeksplorasikan proses peradaban yang menjajaki
perkembangan dan merosotnya peradaban di berbagai wilayah dunia. Menurut
Toynbee peradaban umumnya merosot dan jatuh, karena kegagalan suatu “minoritas
kreatif” melalui kemerosotan moral atau keagamaan dari pada disebabkan ekonomi
atau lingkungan.
2.5 Peradaban dan Teori System
Dengan
mengunakan teori sistem, kelompok teoritisi lain melihat peradaban sebagai
suatu sustem yang kompleks, yaitu sebuah kerangka dimana sekelompok objek yang
dapat dianalisis bekerja sama untuk menghasilkan beberapa hasil. Peradaban
dapat dilihat sebagai jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaa,
dan didefenisikan oleh ekonomi, politik, militer, diplomatik, dan budaya
interaksi di antara mereka. Setiap organisasi adalah suatu sistem sosila
kompleks, dan peradaban adalah sebuah organisasi besar.
Ahli
perkotaan “ (Urbanist), Jane Jacobs
mendefinisikan kota sebagai mesin ekonomi yang bekerja untuk menciptakan
jaringan besar masyarakat. Menurut pendapatnya, proses utama yang menciptakan jaringan kota tersebut adalah “pemindahan
imfor” (“imfort repleacement”),
proses di mana “kelengkapan” kota-kota mulai menggantikan barang dan jasa yang
sebelumnya di impor dari kota-kota yang lebih maju. Perpindahan impor berhasil
menciptakan pertumbuhan ekonomi dikota-kota pinggiran tersebut dan memungkinkan
kota mengekspor barang-barang mereka ke kota-kota yang kurang berkembang
didaerah-daerah pedalaman untuk menciptakan jaringan ekonomi baru. Mereka
mengekplorasi pembangunan ekonomi diseluruh jaringan luas, bukan memperlakukan
setiap masyarakat sebagai lingkup budaya yang terisolasi.
Ahli
teori sistem melihat banyak jenis hubungan antara kota-kota, termasuk hubungan
ekonomi, pertukaran budaya, dan politik atau diplomasi atau hubungan militer.
Lingkaran ini sering terjadi pada sekala yang berbeda. Sebagai contoh , sampai
abad ke 19, jaringan perdagangan jauh lebih besar daripada jaringan lingkup
budaya atau politik. Rute perdagangan yang luas, termasuk Sutra melalui Asia
Tengah dan Samudra Hindia menghubungkan rute laut Kekaisaran Romawi, Kekaisaran
Persia, India, dan Cina, yang juga didirikan 2000 tahun yang lalu. Ketika itu,
peradaban tersebut hampir sama dengan
politik, diplomatic, militer atau hubungan budaya. Hal ini merupakan bukti pertama
seperti perdagangan jarak jauh dalam dunia kuno. Selama fase Uruk, Guillermo
Algaze (2004) berpendapat bahwa hubungan perdagangan yang menghubungkan Mesir,
Mesopotamia, Iran, dan Afganistan). Resin ditemukan kemudian di makam-makam
kerajaan Ur yang diperkirakan
diperdagangkan dari Mozambik ke
utara. (Wikipedia free encyclopedia , 27 September 2009).
2.6 Masa Depan Peradaban
Ilmuan politik Samuel P. Huntington mendefenisikan peradaban
sebagai budaya tertinggi kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari identitas
budaya yang membedakan manusia dan spesies lain.”(the highest cultural grouping
of people and the broadest levelof cultural identity people have short of that
which distinguishes humans from other species). Ia mengemukakan wacana benturan
peradaban” yang akan terjadi pada abd ke – 21. Menurut pendapatnya, konflik
antara peradaban akan menggantikan konflik antara Negara – bangsa dan konflik
ideologi yang menjadi ciri abad ke 19 dan abad ke – 20. (Huntington, dalam
Simon & Schuster,1996).
Saat ini, peradaban dunia berada dalam tahap yang telah
menciptakan apa yang dapat digolongkan sebagai sebuah masyarakat industri,
menggantikan masyarakat agraris yang
mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa peradaban sedang mengalami
transformasi lain dan bahwa masyarakat dunia akan menjadi masyarakat informasi.
Beberapa ilmuan lingkungann melihat dunia memasuki fase peradaban
Planetary, yang dicirikan oleh pergeseran bebas dari terputusnya Negara –
bangsa dalam meningkatkan konektivitasnya dunia global dan lembaga – lembaga
diseluruh dunia, tantangan lingkungan, system ekonomi dan kesadaran. (Orion,
2008).
Untuk lebih memahami apa yang dimaksudkannya Planetary Fase peradaban dapat dilihat dalam konteks penurunan
dalam sumber daya alam dan meningkatnya konsumsi. Skenario kelompok global yang
menggunakan scenario analisis untuk sampai pada tiga pola dasar berjangka yaitu
:
1.
Barvarisasi meningkatnya konflik
baik dunia menyelesaikan merosotnya (breaking down) benteng masyarakat.
2.
Konvensional semesta alam, dimna
kekuatan – kekuatan pasar atau reformasi kebijakan perlahan – perlahan
mengendapkan endapan praktek yang lebih berkelanjutan dan.
3.
Konvensional semesta alam, dimna
kekuatan – kekuatan pasar atau reformasi kebijakan perlahan – perlahan
mengendapkan endapan praktek yang lebih berkelanjutan dan.
Skala Kardashev mengklasifikasikan peradaban berdasarkan tingkat
kemajuan teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi yang mampu dimanfaatkan
dan membuat ketentuan bagi peradaban yang jauh lebih berteknologi maju dari
pada yang diketahui saat ini.
2.7
Runtuhnya Peradaban
Peradaban tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu
kewaktu . Dalam sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan
diganti peradaban baru yang dimulai lagi dari awal, khususnya peradaban
yang bersifat materil. Banyak pendapat
yang telah dianjurkan tentang keruntuhan peradaban. Edward Gibbon dalam The Decline End Fall Of Roman Empire,
mulai tertarik pada tema keruntuhan peradaban yang mulai antara periode Klasik
Yunani Kuno dari Roma, sampai abad pertengahan dan masa
Renaissance.(Artsi,2001).
Gibbon berpendapat bahwa keruntuhan Roma adalah wajar dan tidak
terelakkan karena efek kebesarannya yang tidak wajar. Menurut pendapatnya,
kemakmuran mematangkan prinsip pembusukan. Kehancuran disebabkan tingkat
penaklukan. Setelah kekalahan menghapus semua
dukungan artificial. Roma
menyerah kepada tekanan beratnya sendiri . Hal ini cukup mengejutkan karena
peradan tersebut telah subsisted begitu lama. (“Gibbon, 2nded. Vol 4. Ed. 4).
Gibbon menyatakan bahwa tindakan akhir keruntuhan roma adalah jatuhnya
konstantinopel ke Turki Ustmani pada tahun 1453 Masehi.
Berbeda dengan Gibbon. Oswald Spengler, dalam “Decline of the west” menolak devisi
kronologis Petrarch dan mengatakan bahwa pertumbuhan budaya berkembang kearah
peradaban imperialistis yang akhirnya runtuh dan diganti dengan bentuk - bentuk
pemerintahan demokratis.
Dari sisi pandang sejarah, Arnold J. Toynbee dalam “A Study of
History” berpendapat bahwa penyebab runtuhnya
sebuah peradaban terjadi karena seorang elite budaya menjadi parasite
elit, dan menyebabkan munculnya proletariat – proletariat internal dan eksternal.
Berbeda dengan Toynbe, Joseph Tainter dalam The Collapse of
Complex Societies mengaitkan bahwa ada hal – hal yang semakin mengurangi
kompleksitasnya karena sebagai Negara yang mencapai kompleksitas maksimum, akan
runtuh jika secara uktual peningkatan selanjutnya menghasilkan nilai yang
negative. Tainter mengatakan bahwa Roma mencapai angka ini apda abad ke 2
Masehi.
Jared Diamond dalam bukunya
“Collapse : How Societies Choose to Fail or Succeed menunjukkan lima alasan
utama keruntuhan 41 studi budaya yaitu: (1) kerusakan lingkungan, seperti
pengundulann hutan dan erosi tanah, (2) perubahan iklim, (3 ) ketergantungan
pada perdagangan jarak jauh untuk memerlukan sumber daya, (4) semakin tingginya
tingkat kekerasan internal dan eksternal, perang atau inovasi dan (5)
ketikperdulian masyarakat pada masalah – masalah linkungan.
Turchin dalam Historical Dynamiics dan Andrey Korotayev et al.
dalam Introduction to Social
Macrodynamics, Seculer Cycles, and Millenial Trends berpendapat bahwa sejumlah
model matematika agrarian menggambarkan runtuhnya peradaban. Sebagai contoh,
model logika dasar “fiscal- demografis”
Turchin yang diuraikan sebagai berikut : selama fase awal dari siklus
sociodemographic kita mengamati tingkat produksi dan komsi yang relative tinggi
per kapita, yang bukan hanya mengarah untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang
relatif tinggi, tetapi juga relatif tingginya tingkat surplus produksi. Pada tahap
ini penduduk mampu membayar pajak, mengumpulkan aneka pajak sangat mudah, dan
pertumbuhan penduduk disertai dengan pertumbuhan pendapatan Negara.
Selama fase menengah, peningkatan populasi yang berebih
menyebabkan penurunan dan tingkat konsumsi perkapita yang menyebabkan
pemungutan pajak menjadi lebih sulit sementara penerimaan Negara berhenti
berkembang sedangkan pengeluaran Negara bertambah akibat pertumbuhan penduduk
yang dikendalikan Negara. Sebagai hasilnya, selama fase ini Negara mulai
mengalami masalah fiscal yang cukup besar. Pada tahap akhir pra- keruntuhan
kelebihan populasi menyebabkan penurunan lebih lanjut per kapita, surplus
produksi semakin berkurang, pendapatan Negara menyusut, sementara Negara
membutuhkan lebih banyak sumber daya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Akhirnya keadaan mengarah pada kelaparan, wabah, kerusakan Negara, dan
demografis dan peradaban runtuh. (Turchin, 2003:121-127).
Beda pendapat Turchin, Heater dalam The Fall of t he Roman Empire:
A New History of Rome and the Barbarians berpendapat bahwa peradaban tidak
berakhir karena alasan moral atau ekonomi, tetapi karena kontak berabad – abad
dengan barbar diseberang perbatasan yang menghasilkan musuh sendiri dengan
membuat mereka jauh lebih canggih dan lawan yang berbahaya. Fakta bahwa Roma
membutuhkan pendapatan lebih besar untuk
membekali dan memperlengkapi tentara yang berung kali kalah di lapangan,menyebabkan
kemunduran kekaisaran. Meskipun argument ini adalah khusus untuk roma , dapat
juga diterapkan pada Kekaisaran Asiatic, Mesir, pada dinasi Han dan Tang di
Cina , kepada kaum muslim kekhalifahan Bani Abbasiyah, dan lain – lain .
Perkins, dalam bukunya The Fall of Romae the End of Cifilization
menunjukkan kengerian yang sebenarnya
berkaitan dengan runtuhnya sebuah peradaban bagi orang – orang yang
menderita akibat – akibatnya. Runtuhnya masyarakat yang kompleks berarti bahwa
“saluran” (plumbing) dasar menghilang dari benua selama 1.000 tahun, serupa
dengan runtuhnya “abad kegelapan”(Dark
Age) yang dilihat dari runtuhnya zaman
perunggu akhir di Mediterania Timur, keruntuhan Maya, di Pulau Paskah dan
ditempat lain.
Sehubungan dengan kebudayaan Maya di Amerika . Arthur Demarest
dalam Acient Maya: The Rise and Fall of a Rainforest Civilization
berargumentasi dengan menggunakan
perspektif bukti holistic terbaru dari arkeologi, paleoecology, dan epigrafi,
bahwa tidak ada satu penjelasan yang cukup tetapi serangkaian erratic, berupa
kompleks peristiwa, hilangnya kesuburan tanah, kekeringan dan meningkatnya
tingkat kekerasan internal dan eksternal menyebabkan diintegrasi kerajaan –
kerajaan Maya yang memulai spiral kemunduran dan kehancuran.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa peradaban masa lalu cenderung
berlebihan mengeksploitasi hutan mereka, dan penyalahgunaan sumber daya penting
telah menjadi faktor signifikan dalam penurunan mengeksploitasi masyarakat
secara berlebihan.
Thomas,Homer-Dixon dalam The Upside of Down: Catasrophe, Creativity, and the Renewal
of Civilization, menganggap bahwa penurunan laba atas investasi energi. Energi yang dikeluarkan
untuk menghasilkan rasio energi merupakan
pusat untuk membatasi kelangsungan hidup peradaban . Tingkat
kompleksitas social yang berhubungan erat dengan pendapatnya, dengan jumlah
energi lingkungan sekali pakai, memungkinkan sistem ekonomi dan teknologi. Bila
jumlah ini dikurangi peradaban harus mengakses
sumber – sumber energi baru atau
mereka akan runtuh. ( When this amount decreases civilizations either have to
acces new energy sources or they will collapse).
2.8
Peradaban dan kritik
Dengan berbagai alasan, peradapan telah dikritik dari berbagai
sudut pandang . Beberapa kritikus berkeberatan dengan semua aspek peradapan. Kritikus
lainya berpendapat bahwa peradaban membawa campuran yang baik dan yang buruk. Beberapa
tokoh lingkungan seperti Derrick Jensen (2006) mengkritik peradapan yang
mengeksploitasi lingkungan. Hienberg (2007) menyorotinya dari sisi pertanian
intensif dan petumbuhan perkotaan. Ia berpendapat bahwa pertanian intensif dan
petumbuhan perkotaan cenderung menghancurkan pengaturan peradapan dan habitat
alami, serta menguras sumber daya dimana dia bergantung (depends).
(‘‘culture”.Wiktiory.25 Agustus 2007). Budaya seperti ini disebutnya seperti
“budaya Dominator”para pendukung bacaan ini percaya bahwa massyarakat
tradisional ini hidup dalam harmoni lebih besar dengan alam daripada masyarakan
dalam perdaban. Orang lebih bekerja dengan alam dari pada berusaha untuk
menaklukkannya. Gerakan hidup berkelanjutan adalah dorongna dari pada beberapa
anggota untuk mendapatkan kembali peradapan yang selaras dengan alam.
Peradaban bertentangan dengan filsafat primitivisme. Peradaban
menuduh kaum primitif membatasi potensi manusia, menindas yang lemah, dan
merusak lingkungan. Sementara paham praktivisme ingin kembali secara hidup yang
lebih primitif, yang mereka anggap sebagai yang terbaik bagi alam dan manusia.
Pendukung termuka adalah Jhon Zerzhan dan Derrick Jensen, sedangkan yang
mengkritisi adalah Roger Sandall.
Tidak semua kritisi masa lalu dan perdaban masa kini percaya bahwa
cara hidup primitif adalah lebih baik. Karl Marx,berpendapat bahwa awal
peradapan adalah awal dari penindasan dan eksploitasi ,tetapi dia percaya bahwa
hal-hal ini pada akhirnya akan teratasi dengan mendirikan komunisme diseluruh
dunia. Dia membayangkan komunisme diseluruh dunia. Dia membayangkan komunisme
bukan sebagai ideal kembali kemasa lalu, tetapi sebagai sebuah pendapat tahap
baru .
Mengingat saat ini masalah peradaban dihubungkan dengan industri
berkelanjutan, Derrick Jensen, yang memposisikan peradaban menjadi inheren yang
tidak berkelanjutan, berpendapat bahwa kita perlu mengembangkan bentuk sosial
“Pasca-Peradapan “ sebagai peradapan yang berbeda dari peradaban masa lalu
dengan masyarakatnya yang pra-beradap.
2.9
Modernisasi
Kata modern berasal dari bahasa latin modo, modernus yang berarti
“sekarang”( just now ). Dalam bahasaa prancis disebut moderne , kata ini
memberikan juga pengertian tentng karakteristik yang terjadi padaa masaa kini
ataau kesekarangan, dan bukan yang lama atau kuno. Dalam pengertian lebih jauh
kata modern juga dapat diartikan “siap dipakai” (up to date) Modernisme sering
dilawankan dengan tradisi, menjadi modern adalah merubah tradisi ( to be modern
is to breaks tradision) dan meninggalkan masa lampau” ( break to be the past ),
berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan berusaha mencari kesadaraan
baru dengan bentuk bentuk ekspresif. (Silverman,1990 : 2 )
Pemikiran bahwa manusia dapat menginterpretasi alam ( Bacon ) atau
penemuan jagat raya melalui intrument (Galleo ), dan berpendapat bahwa manusia
dapaat membentuk dan mengontrol kembali dunia melalui ilmu, merayakan pandangan
dunia modern. Proyek modernitas dibangun pada abaat ke-18 ole para filsuf
pencerahan dalam usaha mereka untuk memperoleh pengetahuan obyektif, moraltas,
hukum universal dan otonomi seni. Filsuf seperti Condercet ingin menciptakaan
budaya khusus untuk memperkaya akumulasi kehidupan ini. Tetapi yang terjadi
dilapangan adalah kehidupan yang kontraks dengan hrapaan-harapan ideal tokoh
abad pencerhan tersebut.Secara teratur domain-domain modernitas ini kemudian
melembaga. Ilmu, moralitas dan seni dalam gagasaan modernitas ini telah menjadi
domain otonom yang terpisah dari kehidupa sehari hari. Struktur-struktur dari
kognitif-instrumental, moral–praktris dan rasionalitas estetika-ekspresif telah
berada dicengkraman para ahli-ahli khusus (Madan Sarup :1988 :130).
Dalam bidag antropologi, Kuntjaraningrat (1990-140-141) menjelaskan
modernisasi sebagai “usaha untuk hidup sesuai dengan jaman dan konsetelasi
dunia sekarang”. Antony D.Smith (1973
:62) dalam Indra Siswarini (2006:11 ) mengemukakan bahwa medrnisasi(
modernization ) adalah a conscius set of plant and polices for change a
particular society in the direction of contemporary societies which the
leaderthing are more advance in certain respect. Modernisasi adalah proses yang
dilandasi seperangkat rencana untuk mengubah masyarakat kearah kehidupan masa
kini yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradaban merupakan organisasi sosial manusia, kelanjutan dari
proses tamaddun (semacam urbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling),
merupakan keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang
mengatasi negara, ras, suku, atau agama, yang membedakannya dari yang lain,
tetapi tidak monolitik dengan sendirinya. Manusia sebagai makhluk beradab
artinya pribadi manusia itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berahlak dan
berbudi pekerti yang luhur menuju pada prilaku pada manusia.
Pengaruh besar kemajuan jaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan proses evolusi kebudayaan manusia yang sudah sampai pada taraf
kompleksitasnya. peradaban manusia mengalami dinamika (perubahan dan
perkembangan). Perubahan itu menuju pada kemajuan, apalagi di era global dewasa
ini. Perubahan yang terjadi demikian pesatnya. Peradaban
dunia berada dalam tahap yang telah menciptakan apa yang dapat digolongkan sebagai
sebuah masyarakat industri, menggantikan masyarakat agraris yang mendahuluinya. Beberapa futuris percaya bahwa
peradaban sedang mengalami transformasi lain dan bahwa masyarakat dunia akan
menjadi masyarakat informasi dan modernisasi adalah proses yang dilandasi
seperangkat rencana untuk mengubah masyarakat kearah kehidupan masa kini yang
lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
3.2 Saran
Melalui makalah ini penyusun menghimbau pentingnya menghormati dan
menghargai setiap perbedaan yang dimiliki sehingga tercipta apa yang namanya
egaliter, selalu menciptakan kebersamaan sehingga tercipta masyarakat yang
berperan aktif dalam rangka terwujudnya kesejahteraan bersama, serta mengedepankan
sikap musyawarah secara objektif dalam mengambil keputusan bersama. Sehingga
apa yang di cita– citakan untuk mewujudkan masyarakat madani ( civil society )
atau masyaraka berperadaban dapat terwujud.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdulkadir, Muhammad. 2008. Ilmu
Sosial Budaya Dasar. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Muntahhari, Murtadha. 2002. Manusia, Dan Alam Semesta. Jakarta: Lentera Basritama.
Ranchman, Budhy Munawar. 2011. Membaca Nurcholish Madjid Islam
Dan Pluralisme. Jakarta: Democracy
Project.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar