FILSAFAT
PENDIDIKAN
“FILSAFAT
PENDIDIKAN”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
:
KELOMPOK
2 :
1.
ADE
CANTIK (1131111001)
2.
RIFNA
FAHIRA (1131111033)
3.
SEKAR
DRYA FAJRIN NURINA (1131111038)
KELAS
: A REGULER 2013
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah
Filsafat Pendidikan.
Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan,
karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh karena itu,
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas selesainya makalahini, semoga Allah Swt.
Memberikan petunjuk kepada kita semua.
Medan,
Febuari 2016
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI ………………………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1
a. Latar
Belakang ………………………………………………………………. 1
b. Rumusan
Masalah …………………………………………………………… 1
c. Tujuan ……………………………………………………….......................... 1
BAB
II PEMBAHASAN …………………………………………………………… 3
a. Pengertian
Filsafat Pendidikan …………………………………………….... 3
b. Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan ………………………………………… 4
c. Filsafat
Pendidikan sebagai Suatu Sistem ………………………………….. 7
d. Subtansi
Filsafat Pendidikan ………………………………………………… 9
e. Hubungan
Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ……………………………… 10
BAB
III PENUTUP …………………………………………………………………. 13
a. Kesimpulan …………………………………………………………………. 13
b. Saran
…………………………………………………………………………. 13
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………………….. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Waktu terus
berjalan, pendidikan pun terus berkembang besama lika liku hidup dan kehidupan
insan. Problem – problem pendidikan pun bermunculan bergitu cepat. Ilmu
pendidikan bertanggung jawab untuk memecahkan problem – problem tersebut, untuk
itu tidaklah ringan tanggung jawab yang diembannya karena begitu kompleks
problem – problem yang ada di dunia pendidikan. tak jarang persoalan ilmu
pendidikan harus dipecahkan pihak lain. Manakala problem pendidikan memasuki lingkaran yang
substansial atau filosofis kiranya ilmu pendidikan akan menjawab secara
filosofis atas pertanyaan filosofis yang muncul dari belahan dunia pendidikan.
ontologi, epistemologi, dan aksiologi akan menjadi piranti meneropong belantara
yang penuh pohon problem pendidikan, yang terus tumbuh dari waktu ke waktu, dan
tak pernah habis, kemudian filsafat pendidikan menatanya rapi dan komprehensif.
lebih dari itu filsafat pendidikan menjadi landasan pemikiran pendidikan yang
melahirkan rumusan dasar – dasar atau azas – azas pendidikan. filsafat
pendidikan juga memberi arah perjalanan kemajuan pendidikan dan sekaligus
mengoreksi kekurangannya guna mencapai tujuan pendidikan yang dicita – citakan.
Dengan demikian
kami kelompok 2 akan membahas tentang filsafat pendidikan sebagai sistem,
substansi filsafat pendidikan, dan hubungan filsafat dengan filsafat
pendidikan.
b.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian filssafat pendidikan ?
2. Bagaimana
ruang lingkup filsafat pendidikan?
3. Bagaimana
pendidikan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem?
4. Bagaimana
subtansi filsafat pendidikan?
5. Bagaimana
hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?
c.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian filsafat pendidikan.
2. Untuk
mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan.
3. Untuk
mengetahui pendidikan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem.
4. Untuk
mengetahui subtansi filsafat pendidikan.
5. Untuk
mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah
proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran
secara sistematis, logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan
untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berfikir.
Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berfikir rasional, logis,
sistematis, kritis, radikal dan universal. Kajian utama filsafat berkaitan
dengan masalah ilmu pengetahuan dengan memikirkan hakikat pengetahuan, dan
hakikat keberadaan segala sesuatu. Kajiannya mengarahkan diri pada dasar-dasar
pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria
kebenaran. Hakikat filsafat memfokuskan pada batas-batas penjajahan ilmu yang
dilengkapi perspektif epistemologis tentang sistem berfikir dan struktur
pengetahuan ilmiah. Penyelidikan filosofis akan terus bekerja secara radikal
sampai dengan ditemukannya jawaban masalah yang dikajinya. Filsafat terus
bekerja meskipun ilmu pengetahuan telah berhenti melakukan penyelidikan.
Filsafat tidak dimiliki oleh ilmu pengetahuan karena didalamnya terdapat sistem
kerja yang menyeluruh, mendasar, praduga yang logis, rasional, dan spekulatif.
Pendidikan
merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan
mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada
anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk
kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Pendidikan juga merupakan usaha dan upaya para pendidik yang bekerja secara
interaktif dengan para peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta
memajukan kecerdasan dan keterampilan semua orang yang terlibat dalam
pendidikan.
Jadi filsafat
pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat pendidikan dan
pelaksanaannya. Pelaksanaan pendidikan dilakukan dengan merujuk pada tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, proses dan tujuan
yang hendak dicapai oleh pendidikan merupakan hakikat pendidikan itu sendiri, artinya
perjalanan pendidikan bergantung pada tujuannya. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan merumuskan berbagai metode, strategi, cara yang akan diterapkan dalam
kependidikan, dan proses pembelajaran. Kemudian, disiapkan pula alat-alat
pendidikan, sarana dan prasarana yang memperkuat dan mempercepat tercapainya
tujuan tersebut.
B.
Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang
lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut :
1.
Pendidik
Para pendidik
adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan
dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakuakn upaya
untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang
yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan, menuntun, dan
mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai
dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik
mempunyai peran penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya
pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung
jawab yang berat untuk memajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, Negara
bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagi
peningkatan, misalnya peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan
tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga
meraih galar doctor, dna memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.
2.
Murid
atau anak didik
Anak didik
secara filosofis merupakan objek para pendidik dalam melakukan tindakan yang
bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi
ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya.
Dengan cara ini, tindakan pendidik akan mengutamakan fleksibilitas dalam
mendidik. Anak didik merupakan subjek pendidikan, yaitu orang yang menjalankan
dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Perkembangan
anak didik harus memperoleh perhatian serius karena semua anak didik mengalami
masa-masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara lahiriah maupun batiniah,
secara fisikal maupun mentalitasnya. Dengan demikian, agar pendidikan dapat
berhasil dengan sebaik –baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai
dengan perkembangan anak didik. Anak didik, metode, pendidikan, alat, media
pendidikan, para pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, evaluasi
pendidikan, dan proses belajar mengajar merupakan ruang lingkup kajian filsafat
pendidikan dalam perspektif ontologi, epistomologi, dan aksiologi.
3.
Materi
pendidikan
Materi
pendidikan yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik. Materi pendidikan sebaiknya dirumuskan dari
kumpulan pengalaman dan proses rasionalisasi yang juga dilengkapi oleh muatan
kultural masyarakat yang hidup dari zaman ke zaman sehingga materi pendidikan
yang diberikan kepada anak didik menjadi hidup suatu bangsa dan Negara.
Secara
filosofis, filsafat pendidikan menyuguhkan materi-materi kependidikan yang
berhubungan dengan hal-hal berikut :
a. Segala
sesuatu yang bersifat metafisik yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
b. Alam
semesta yang fisikal dan terbentuk oleh hokum perubahan.
c. Segala
sesuatu yang rasional dan irasional.
d. Semua
yang bersifat natural dan supranatural.
e. Akal,
rasa, pikiran, intuisi, dan persepsi.
f. Hakikat
yang terbatas dan yang tidak terbatas.
g. Teori
pengetahuan pada semua keberaddan pengetahuan manusia yang objektif dan
subjektif.
h. Fungsi
dan manfaat segala sesuatu yang didambakan manusia atau dihindarinya.
i.
Kebenaran rasional tanpa batas sehingga
berlaku pemahaman dialektis terhadap berbagai penemuan hasil pemikiran manusia.
Tesis yang melahirkan antitetis dan terciptanya sintesis.
4.
Perbuatan
mendidik
Perbuatan
mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan
oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut
dengan tahzib. Mendidik, artinya menigkatkan pemahaman anak didik tentang
kehidupan, mendalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pendangan hidup. Filsafat
pendidikan mengkaji berbagai faktor yang menjadi sebab dan akibat manusia
membutuhkan ilmu pengetahuan, baik ilmu yang bersifat lahiriah maupun yang
bersifat batiniah.
5.
Metode
pendidikan
Metode
pendidikan yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan
pada saat menyampaikan meteri pendidikan kepada anak didik. Metode berfungsi
mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
6.
Evaluasi
pendidikan dan Tujuan pendidikan
Evaluasi yaitu
sistem penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui
keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan. Evaluasi pendidikan sangat
bergantung pada tujuan pendidikan. Jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif,
cerdas, beriman, dan bertakwa, sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus
mengarah pada tujuan yang dimaksudkan. Dengan demikian, pendidikan yang
dilaksanakan benar-benar memberikan hasil yang aplikatif bagi kehidupan siswa
dan manfaat yang besar pada masa depan.
7.
Alat-alat
pendidikan dan Lingkungan pendidikan
Alat-alat
pendidikan dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk
mendukung terlaksananya pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu
yang terdapat di sekitar lingkungan pendidikan yang mendukung terealisasinya
pendidikan.
Filsafat
pendidikan mengkaji sistem yang didalamnya terdapat berbagai komponen
pendidikan, yaitu : (1) para pendidik, (2) anak didik, (3) lembaga pendidikan,
(4) kurikulum dan mata kuliah sebagai materi ilmu yang disampaikan kepada anak
didik, (5) hal dan kewajiban para pendidik dan anak didik, (6) tugas dan fungsi
pendidikan.
Tujuan
dipelajarinya filsafat pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan
bertakwa. Adapun kegunaan filsafat pendidikan, yaitu :
1. Menambah
wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya
kepada anak didik.
2. Menguatkan
iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang
menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan.
3. Memperluas
penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu
pengetahuan.
4. Meyakinkan
anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan.
5. Memberikan
keterampilan hidup yang fungsional.
6. Mencerdaskan
anak didik.
7. Membentuk
akhlak mulia.
8. Membentuk
manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakkan amar makruf nahi munkar.
9. Mengembangkan
lembaga pendidikan.
10. Mengkaji
dan merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
11. Mengembangkan
teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan.
12. Mengkaji
berbagai teori pendidikan barat dengan pendekatan filsafat pendidikan.
13. Membangun
citra lembaga pendidikan yang kharismatik.
14. Menyiapkan
generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan.
15. Membuktikan
berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terdapat dalam berbagai sumber ke
dalam realitas kehidupan ilmiah.
Filsafat
pendidikan berusaha mencerahkan situasi pendidikan sehingga hubungan antara unsur-unsur
dasar dalam pendidikan menjadi jelas, dan orang yang mempelajarinya pun
memperoleh pegangan yang berguna untuk praktik pendidikan. Unsur-unsur dasar
ini adalah anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan
lain-lain. Lapangan filsafat pendidikan adalah lapangan pergaulan, khususnya
pergaulan antara orang dewasa dengan anak dalam masa pertumbuhannya.
Selain hal
tersebut, ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebgai berikut :
1. Filsafat
pendidikan tentang Tuhan sebagai pemilik ilmu dan pendidik semua makhluk
ciptaan-Nya.
2. Filsafat
pendidikan tentang manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.
3. Filsafat
pendidikan tentang alam sebagai tempat tinggal manusia dan tempat manusia,
serta seluruh makhluk duniawi melanjutkan kehidupan.
C.
Filsafat
Pendidikan sebagai Suatu Sistem
Filsafat
ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori – teori atau sisten pemikiran
yang dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf besar seperti Socrates, Plato,
Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karlmax, August Comte (Surajiyo,
2008,5). Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup
sekurang – kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni, ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Berikut penjelasan dari ketiga cabang tersebut :
a. Ontologi pendidikan,
yaitu subtansi pendidikan dalam semua perspektifnya, sebagaimana melihat
pendidikan dari tujuan esensialnya sebagai pencapaian maksimal dari pendidikan.
b. Epistemologi pendidikan,
yaitu menyelidiki sumber ajaran atau prinsip yang terdapat dalam pendidikan
serta dasar atau asas yang digunakan untuk pendidikan yang dimaksudkan.
Berbagai teori pendidikan dikaji secara mendalam sehingga latar belakang
kelahirannya diketahui secara aplikatif berkaitan dengan pendidikan.
c. Aksiologi pendidikan,
yaitu penyelidikan mengenai kegunaan fundamental dalam pendidikan, baik secara
jasmani maupun rohani, dampak pendidikan secara fungsional terhadap kehidupan
manusia, terhadap akal dan hati semua anak didik, aspek-aspek yang menyangkut
fungsi nilai, estetika, dan tujuan pragmatis pendidikan terkaji secara
mendalam, radikal, logis dan sistematis.
Filsafat
pendidikan terwujud dengan menarik garis linier antara filsafat dan pendidikan.
Dalam hal ini filsafat seolah – olah dijabarkan secara langsung kedalam
pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari
satu cabang atau aliran filsafat, misalnya idealisme, adalah sama dengan hal –
hal yang bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka
pendidikan yang tersusun atas idea dan idealisme, maka tujuan dari pada
pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan aspek – aspek spiritual dan
kerohanian pada peserta didik.
Selain
pendekatan linier, filsafat pendidikan dapar disusun dengan berpangkal kepada
pendekatan tertentu dari pada pendidikan itu sendiri. Misalnya berdasarkan
suatu defenisi, pendidikan yakni, pendidikan merupakan pemberdayaan
(empowerment) sumber data manusia. Maka pendidikan adalah memberi kebebasan
kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Kekakuan harus ditembus dengan memberikan kebebasan pada peserta
didik, namun kebebasan dimaksud bukan tanpa batas, akan tetapi kebebasan yang
bertanggung jawab. Konsep ini
memunculkan pandangan bahwa yang membangun pengetahuan dan pengalaman
pada diri seseorang adalah orang itu sendiri, dengan demikian timbulah teori yang memberi kesempatan pada seseorang
untuk membangun pengetahuannya dan pengalamannya sendiri.
Pendekatan
lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah
atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan,pasti memerlukan jawaban yang
tidak semata – mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang
manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini memerlukan ilmu pengetahuan
yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya
dalam filsafat. Kemungkinan – kemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan
pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam
mengisi fundasi – fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu
pendidikan umumnya.
D.
Subtansi
Filsafat Pendidikan
Kedudukan
filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi
pendidikan. Berati bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang
konsep-konsep dasar pendidikan. Pancasila dan UUD 1945 dan undang-undang
pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan pendidikan.
Subtansi filsafat pendidikan adalah pengkajian dan pelaksanaan bagaimana usaha
yang dapat dilakukan untuk membina dan mengembangkan harkat dan martabat
manusia sebagai manusia agar hidup berbudi luhur dan berakhlak mulia serta
cerdas. Jadi, fokus pelaksanaan pendidikan betul-betul diarahkan dan dinuansai
oleh nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Zanty Arbi
(1988) filsafat pendidikan adalah sebagai berikut.
1.
Menginspirasikan
Menginspirasikan
adalah member inspirasi pada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu
dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan
idenya bagaimana pendidikan itu, kemana diarahakan pendidikan itu, siapa saja
yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara pendidik serta peran
pendidik.
2.
Menganalisis
Menganalisis
adalah memeriksa dengan teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui
secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar penyusunan konsep pendidikan
secara utuh tidak terjadi tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan
demikian ide-ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan
pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan cepat.
3.
Mendeskriptifkan
Mendeskriptifkan
adalah upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui
filsafat pendidikan. Yang dijelaskan bisa berupa hakikat manusia bila
dibandingkan dengan makhluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut
dikembangkan ; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa
diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang
perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minat anak-anak.
4.
Menginvestigasi
Mengivestigasi
adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan.
Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau teori
pendidikan untuk dipraktikkan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri
konsep-konsep pendidikan dilapangan atau melalui penelitian-penelitan. Untuk
sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya
setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan
untuk mengevaluasi, atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan
merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi lebih mantap.
Nuansa
serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda, sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan.
Kalau dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan karakter
atau perilaku manusia yang sudah tidak sesuai dengan harkat dan martabat
manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Mulia, misalnya, maka sudah
sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan praksis serta praktek
pendidikan memperhatikan substansi dan praktek pelaksanaan pendidikan. Jadi,
dalam hal ini telah sepatutnya filsafat pendidikan, praksis pendidikan, dan
praktek pendidikan mengangkat topic tersebut sebagai substansi dan materi
kajiannya.
E.
Hubungan
Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filsafat
yang dijadikan pendangan hidup oleh suatu masayrakat atau bangsa merupakan asas
dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk
aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara
atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku
yang didasarkan pada dasar-dasar filsaft yang dijunjung oleh lembaga pendidikan
dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses
tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Mohammad Noor Syam , 1988:39)
dalam Jalaluddin dan Abdullah ( 2014:20))
Menurut
John Dewey dalam Jalaluddin dan Abdullah (2014:20) dalam Jalaluddin dan
Abdullah (2014:20) , filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua
pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung
berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan
filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebutkan pendidikan (Hasan
Langgulung, 1988:40).
Selanjutnya
Al-syaibani dalm Jalaluddin dan Abdullah (2014:20) secara terperinci
menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep
diantara gejala yang bermacam-macam meliputi (1) proses pendidikan sebagai rancangan
terpadu dan menyeluruh, (2) menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang
semua istilah pendidikan, (3) pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep dasar
pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia.
Hubungan
antara filsafat dengan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, supaya
sebab dia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat
pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai
medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan
menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan
yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.
Filsafat
menetapkan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam
merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku,
bahkan membina kepribadian manusia.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan adalah ;
1.
Filsafat dalam arti filosofis merupakan
satu cara pendekatan yang dipakai dalam memcahkan problematika pendidikan dan
menyusun teori – teori pendidikan oleh parah ahli.
2.
Filsafat berfungsi memberi arag bagi
teroi pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki
relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3.
Filsafat dalam hal ini filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam
mengembangkan teori – teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (Jalaluddin,
1997, 23).
Dapat disimpulkan bahwa antara
filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan
tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan
pedoman dasar bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan
kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
Filsafat
pendidikan sudah seharusnya dipelajri dan didalami oleh setiap orang yang
memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai
tenaga pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain ;
1.
Adanya problema – problema pendidikan
dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian para ahli masing – masing.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan
batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh ahli pikir,
dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan ahli – ahli yang
lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli – ahli
pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan filsafat
pendidikan.
2.
Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang
siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat mempunyai pandangan –
pandangan yang jangkauannya melampaui hal – hal yang diketemukan secara
eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan
merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah – masalahnya secara
kritis.
3.
Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan
akademik dengan landasan asas bahwa berfilsafat adalah berpikir logis yang
runtut dan kritis, maka berfilsafat oendidikan mempunyai kemampuan semacam itu.
Oleh karena itu diharapkan dapat mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya
pribadi pendidik yang baik. Maka mempelajari filsafat pendidikan itu mengandung
optimism dan menggembirakan.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.
Filsafat pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi,
dan aksiologi. Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek
pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada
terbentuknya pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan
filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian
fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi
arah dan pedoman dasar bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan
landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
b.
Saran
Menurut kelompok
2 mahasiswa harus mempelajari dan memahami
filsafat pendidikan dengan baik. Jadikanlah filsafat sebagai penentu
terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah
politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat
yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan
modernisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin
dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat
Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Purba,
Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat
Pendidikan. Medan : Unimed Press.
Tafsir.
2011. Filsafat Pendidikan. Bandung :
CV Pustaka Setia.
http://vie-biology.blogspot.ae/2011/03/filsafat
–pendidikan.html?m=1. (23-02-2016:13.28)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar