Jumat, 27 Mei 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN



FILSAFAT PENDIDIKAN
“FILSAFAT PENDIDIKAN”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 2 :
1.      ADE CANTIK (1131111001)
2.      RIFNA FAHIRA (1131111033)
3.      SEKAR DRYA FAJRIN NURINA (1131111038)
KELAS : A REGULER 2013






 





PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang.
Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, hanya kepada Allah kami bersyukur atas selesainya makalahini, semoga Allah Swt. Memberikan petunjuk kepada kita semua.
                                                                                                           
Medan,   Febuari  2016
                                                                                                                        Penulis


                                                                                                                        Kelompok 2






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………  i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………  ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...  1
a.       Latar Belakang ……………………………………………………………….  1
b.      Rumusan Masalah  ……………………………………………………………  1
c.       Tujuan  ………………………………………………………..........................  1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………  3
a.       Pengertian Filsafat Pendidikan ……………………………………………....  3
b.      Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan …………………………………………  4
c.       Filsafat Pendidikan sebagai Suatu Sistem   …………………………………..  7
d.      Subtansi Filsafat Pendidikan …………………………………………………  9
e.       Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan ……………………………… 10
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………….  13
a.       Kesimpulan   ………………………………………………………………….  13
b.      Saran ………………………………………………………………………….  13
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..  14
           








BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang

Waktu terus berjalan, pendidikan pun terus berkembang besama lika liku hidup dan kehidupan insan. Problem – problem pendidikan pun bermunculan bergitu cepat. Ilmu pendidikan bertanggung jawab untuk memecahkan problem – problem tersebut, untuk itu tidaklah ringan tanggung jawab yang diembannya karena begitu kompleks problem – problem yang ada di dunia pendidikan. tak jarang persoalan ilmu pendidikan harus dipecahkan pihak lain. Manakala  problem pendidikan memasuki lingkaran yang substansial atau filosofis kiranya ilmu pendidikan akan menjawab secara filosofis atas pertanyaan filosofis yang muncul dari belahan dunia pendidikan. ontologi, epistemologi, dan aksiologi akan menjadi piranti meneropong belantara yang penuh pohon problem pendidikan, yang terus tumbuh dari waktu ke waktu, dan tak pernah habis, kemudian filsafat pendidikan menatanya rapi dan komprehensif. lebih dari itu filsafat pendidikan menjadi landasan pemikiran pendidikan yang melahirkan rumusan dasar – dasar atau azas – azas pendidikan. filsafat pendidikan juga memberi arah perjalanan kemajuan pendidikan dan sekaligus mengoreksi kekurangannya guna mencapai tujuan pendidikan yang dicita – citakan.
Dengan demikian kami kelompok 2 akan membahas tentang filsafat pendidikan sebagai sistem, substansi filsafat pendidikan, dan hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.

b.      Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian filssafat pendidikan ?
2.      Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan?
3.      Bagaimana pendidikan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem?
4.      Bagaimana subtansi filsafat pendidikan?
5.      Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?

c.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan.
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan.
3.      Untuk mengetahui pendidikan filsafat pendidikan sebagai suatu sistem.
4.      Untuk mengetahui subtansi filsafat pendidikan.
5.      Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional, dan spekulatif. Alat yang digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam berfikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berfikir rasional, logis, sistematis, kritis, radikal dan universal. Kajian utama filsafat berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan dengan memikirkan hakikat pengetahuan, dan hakikat keberadaan segala sesuatu. Kajiannya mengarahkan diri pada dasar-dasar pengetahuan dalam bentuk penalaran, logika, sumber pengetahuan, dan kriteria kebenaran. Hakikat filsafat memfokuskan pada batas-batas penjajahan ilmu yang dilengkapi perspektif epistemologis tentang sistem berfikir dan struktur pengetahuan ilmiah. Penyelidikan filosofis akan terus bekerja secara radikal sampai dengan ditemukannya jawaban masalah yang dikajinya. Filsafat terus bekerja meskipun ilmu pengetahuan telah berhenti melakukan penyelidikan. Filsafat tidak dimiliki oleh ilmu pengetahuan karena didalamnya terdapat sistem kerja yang menyeluruh, mendasar, praduga yang logis, rasional, dan spekulatif.
Pendidikan merupakan proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk kepribadian yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga merupakan usaha dan upaya para pendidik yang bekerja secara interaktif dengan para peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan serta memajukan kecerdasan dan keterampilan semua orang yang terlibat dalam pendidikan.
Jadi filsafat pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat pendidikan dan pelaksanaannya. Pelaksanaan pendidikan dilakukan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, proses dan tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan merupakan hakikat pendidikan itu sendiri, artinya perjalanan pendidikan bergantung pada tujuannya. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan merumuskan berbagai metode, strategi, cara yang akan diterapkan dalam kependidikan, dan proses pembelajaran. Kemudian, disiapkan pula alat-alat pendidikan, sarana dan prasarana yang memperkuat dan mempercepat tercapainya tujuan tersebut.
B.     Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Pendidik
Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakuakn upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para pendidik memikul tanggung jawab yang berat untuk memajukan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, Negara bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik melalui berbagi peningkatan, misalnya peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih galar doctor, dna memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.

2.      Murid atau anak didik
Anak didik secara filosofis merupakan objek para pendidik dalam melakukan tindakan yang bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya. Dengan cara ini, tindakan pendidik akan mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak didik merupakan subjek pendidikan, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Perkembangan anak didik harus memperoleh perhatian serius karena semua anak didik mengalami masa-masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara lahiriah maupun batiniah, secara fisikal maupun mentalitasnya. Dengan demikian, agar pendidikan dapat berhasil dengan sebaik –baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai dengan perkembangan anak didik. Anak didik, metode, pendidikan, alat, media pendidikan, para pendidik, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, evaluasi pendidikan, dan proses belajar mengajar merupakan ruang lingkup kajian filsafat pendidikan dalam perspektif ontologi, epistomologi, dan aksiologi.

3.      Materi pendidikan
Materi pendidikan yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Materi pendidikan sebaiknya dirumuskan dari kumpulan pengalaman dan proses rasionalisasi yang juga dilengkapi oleh muatan kultural masyarakat yang hidup dari zaman ke zaman sehingga materi pendidikan yang diberikan kepada anak didik menjadi hidup suatu bangsa dan Negara.
Secara filosofis, filsafat pendidikan menyuguhkan materi-materi kependidikan yang berhubungan dengan hal-hal berikut :
a.       Segala sesuatu yang bersifat metafisik yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia.
b.      Alam semesta yang fisikal dan terbentuk oleh hokum perubahan.
c.       Segala sesuatu yang rasional dan irasional.
d.      Semua yang bersifat natural dan supranatural.
e.       Akal, rasa, pikiran, intuisi, dan persepsi.
f.       Hakikat yang terbatas dan yang tidak terbatas.
g.      Teori pengetahuan pada semua keberaddan pengetahuan manusia yang objektif dan subjektif.
h.      Fungsi dan manfaat segala sesuatu yang didambakan manusia atau dihindarinya.
i.        Kebenaran rasional tanpa batas sehingga berlaku pemahaman dialektis terhadap berbagai penemuan hasil pemikiran manusia. Tesis yang melahirkan antitetis dan terciptanya sintesis.

4.      Perbuatan mendidik
Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut dengan tahzib. Mendidik, artinya menigkatkan pemahaman anak didik tentang kehidupan, mendalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pendangan hidup. Filsafat pendidikan mengkaji berbagai faktor yang menjadi sebab dan akibat manusia membutuhkan ilmu pengetahuan, baik ilmu yang bersifat lahiriah maupun yang bersifat batiniah.

5.      Metode pendidikan
Metode pendidikan yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan pada saat menyampaikan meteri pendidikan kepada anak didik. Metode berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.

6.      Evaluasi pendidikan  dan Tujuan pendidikan
Evaluasi yaitu sistem penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. Jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan. Dengan demikian, pendidikan yang dilaksanakan benar-benar memberikan hasil yang aplikatif bagi kehidupan siswa dan manfaat yang besar pada masa depan.

7.      Alat-alat pendidikan dan Lingkungan pendidikan
Alat-alat pendidikan dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang terdapat di sekitar lingkungan pendidikan yang mendukung terealisasinya pendidikan.

Filsafat pendidikan mengkaji sistem yang didalamnya terdapat berbagai komponen pendidikan, yaitu : (1) para pendidik, (2) anak didik, (3) lembaga pendidikan, (4) kurikulum dan mata kuliah sebagai materi ilmu yang disampaikan kepada anak didik, (5) hal dan kewajiban para pendidik dan anak didik, (6) tugas dan fungsi pendidikan.
Tujuan dipelajarinya filsafat pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa. Adapun kegunaan filsafat pendidikan, yaitu :
1.      Menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya kepada anak didik.
2.      Menguatkan iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber ilmu pengetahuan.
3.      Memperluas penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu pengetahuan.
4.      Meyakinkan anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan.
5.      Memberikan keterampilan hidup yang fungsional.
6.      Mencerdaskan anak didik.
7.      Membentuk akhlak mulia.
8.      Membentuk manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakkan amar makruf nahi munkar.
9.      Mengembangkan lembaga pendidikan.
10.  Mengkaji dan merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
11.  Mengembangkan teori dan menguji teori dengan paradigma pendidikan.
12.  Mengkaji berbagai teori pendidikan barat dengan pendekatan filsafat pendidikan.
13.  Membangun citra lembaga pendidikan yang kharismatik.
14.  Menyiapkan generasi muda yang mumpuni dalam ilmu pendidikan.
15.  Membuktikan berbagai ide dasar ilmu pengetahuan yang terdapat dalam berbagai sumber ke dalam realitas kehidupan ilmiah.

Filsafat pendidikan berusaha mencerahkan situasi pendidikan sehingga hubungan antara unsur-unsur dasar dalam pendidikan menjadi jelas, dan orang yang mempelajarinya pun memperoleh pegangan yang berguna untuk praktik pendidikan. Unsur-unsur dasar ini adalah anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, metode pendidikan, dan lain-lain. Lapangan filsafat pendidikan adalah lapangan pergaulan, khususnya pergaulan antara orang dewasa dengan anak dalam masa pertumbuhannya.
Selain hal tersebut, ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebgai berikut :
1.      Filsafat pendidikan tentang Tuhan sebagai pemilik ilmu dan pendidik semua makhluk ciptaan-Nya.
2.      Filsafat pendidikan tentang manusia sebagai subjek dan objek pendidikan.
3.      Filsafat pendidikan tentang alam sebagai tempat tinggal manusia dan tempat manusia, serta seluruh makhluk duniawi melanjutkan kehidupan.

C.    Filsafat Pendidikan sebagai Suatu Sistem
Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori – teori atau sisten pemikiran yang dihasilkan oleh para pemikir atau filsuf besar seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karlmax, August Comte (Surajiyo, 2008,5). Filsafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainnya mencakup sekurang – kurangnya tiga cabang utama dari filsafat yakni, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Berikut penjelasan dari ketiga cabang tersebut :
a.       Ontologi pendidikan, yaitu subtansi pendidikan dalam semua perspektifnya, sebagaimana melihat pendidikan dari tujuan esensialnya sebagai pencapaian maksimal dari pendidikan.
b.      Epistemologi pendidikan, yaitu menyelidiki sumber ajaran atau prinsip yang terdapat dalam pendidikan serta dasar atau asas yang digunakan untuk pendidikan yang dimaksudkan. Berbagai teori pendidikan dikaji secara mendalam sehingga latar belakang kelahirannya diketahui secara aplikatif berkaitan dengan pendidikan.
c.       Aksiologi pendidikan, yaitu penyelidikan mengenai kegunaan fundamental dalam pendidikan, baik secara jasmani maupun rohani, dampak pendidikan secara fungsional terhadap kehidupan manusia, terhadap akal dan hati semua anak didik, aspek-aspek yang menyangkut fungsi nilai, estetika, dan tujuan pragmatis pendidikan terkaji secara mendalam, radikal, logis dan sistematis.

Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis linier antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah – olah dijabarkan secara langsung kedalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya idealisme, adalah sama dengan hal – hal yang bersifat kerohanian ataupun yang lain yang sejenis dengan itu, maka pendidikan yang tersusun atas idea dan idealisme, maka tujuan dari pada pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan aspek – aspek spiritual dan kerohanian pada peserta didik.
Selain pendekatan linier, filsafat pendidikan dapar disusun dengan berpangkal kepada pendekatan tertentu dari pada pendidikan itu sendiri. Misalnya berdasarkan suatu defenisi, pendidikan yakni, pendidikan merupakan pemberdayaan (empowerment) sumber data manusia. Maka pendidikan adalah memberi kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kekakuan harus ditembus dengan memberikan kebebasan pada peserta didik, namun kebebasan dimaksud bukan tanpa batas, akan tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Konsep ini  memunculkan pandangan bahwa yang membangun pengetahuan dan pengalaman pada diri seseorang adalah orang itu sendiri, dengan demikian timbulah  teori yang memberi kesempatan pada seseorang untuk membangun pengetahuannya dan pengalamannya sendiri.
Pendekatan lain yang akan dikembangkan adalah ketika pendidikan itu menghadapi masalah atau keadaan yang tidak seperti yang diharapkan,pasti memerlukan jawaban yang tidak semata – mata berada dalam ruang lingkup pendidikan. Misalnya tentang manusia seutuhnya, untuk memperjelas konsep ini memerlukan ilmu pengetahuan yang lain, jawaban itu tidak dapat seketika secara spekulatif seperti halnya dalam filsafat. Kemungkinan – kemungkinan tersebut dengan mengingat tujuan pendidikan bila dikembangkan secara proporsional akan sangat memadai dalam mengisi fundasi – fundasi ilmu pendidikan, sebagai bagian utama dalam ilmu pendidikan umumnya.


D.    Subtansi Filsafat Pendidikan
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi pendidikan. Berati bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pancasila dan UUD 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan pendidikan. Subtansi filsafat pendidikan adalah pengkajian dan pelaksanaan bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk membina dan mengembangkan harkat dan martabat manusia sebagai manusia agar hidup berbudi luhur dan berakhlak mulia serta cerdas. Jadi, fokus pelaksanaan pendidikan betul-betul diarahkan dan dinuansai oleh nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Zanty Arbi (1988) filsafat pendidikan adalah sebagai berikut.
1.      Menginspirasikan
Menginspirasikan adalah member inspirasi pada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idenya bagaimana pendidikan itu, kemana diarahakan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara pendidik serta peran pendidik.
2.      Menganalisis
Menganalisis adalah memeriksa dengan teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demikian ide-ide yang kompleks bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan cepat.
3.      Mendeskriptifkan
Mendeskriptifkan adalah upaya menjelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang dijelaskan bisa berupa hakikat manusia bila dibandingkan dengan makhluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan ; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target-target pendidikan bila dipandang perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.
4.      Menginvestigasi
Mengivestigasi adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatu konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikkan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan dilapangan atau melalui penelitian-penelitan. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasi, atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi lebih mantap.
Nuansa serta tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam telaah pendidikan serta filsafat pendidikan. Kalau dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan karakter atau perilaku manusia yang sudah tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Mulia, misalnya, maka sudah sewajarnyalah bila studi tentang filsafat pendidikan dan praksis serta praktek pendidikan memperhatikan substansi dan praktek pelaksanaan pendidikan. Jadi, dalam hal ini telah sepatutnya filsafat pendidikan, praksis pendidikan, dan praktek pendidikan mengangkat topic tersebut sebagai substansi dan materi kajiannya.

E.     Hubungan Filsafat dan Filsafat Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pendangan hidup oleh suatu masayrakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsaft yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Mohammad Noor Syam , 1988:39) dalam Jalaluddin dan Abdullah ( 2014:20))
Menurut John Dewey dalam Jalaluddin dan Abdullah (2014:20) dalam Jalaluddin dan Abdullah (2014:20) , filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebutkan pendidikan (Hasan Langgulung, 1988:40).
Selanjutnya Al-syaibani dalm Jalaluddin dan Abdullah (2014:20) secara terperinci menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep diantara gejala yang bermacam-macam meliputi (1) proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh, (2) menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan, (3) pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep dasar pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia.
Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, supaya sebab dia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.
Filsafat menetapkan ide-ide dan idealisme, dan pendidikan merupakan usaha dalam merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina kepribadian manusia.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalah ;
1.        Filsafat dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memcahkan problematika pendidikan dan menyusun teori – teori pendidikan oleh parah ahli.
2.        Filsafat berfungsi memberi arag bagi teroi pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kebutuhan yang nyata.
3.        Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam mengembangkan teori – teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (Jalaluddin, 1997, 23).

Dapat disimpulkan bahwa antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
Filsafat pendidikan sudah seharusnya dipelajri dan didalami oleh setiap orang yang memperdalam ilmu pendidikan, terlebih mereka yang memilih profesi sebagai tenaga pendidik. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain ;
1.        Adanya problema – problema pendidikan dari zaman ke zaman yang menjadi perhatian para ahli masing – masing. Pendidikan adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat dan bangsa. Banyak tulisan yang dihasilkan oleh ahli pikir, dan tidak jarang gagasan ahli yang satu mempengaruhi gagasan ahli – ahli yang lain. Corak gagasan yang berlandaskan filsafat sering timbul dari ahli – ahli pikir ini. Hal ini masuk dalam lapangan  filsafat pendidikan.
2.        Dapatlah diperkirakan bahwa bagi barang siapa yang mempelajari filsafat pendidikan dapat mempunyai pandangan – pandangan yang jangkauannya melampaui hal – hal yang diketemukan secara eksperimental dan empirik. Maka dari itu filsafat pendidikan dapat diharapkan merupakan bekal untuk meninjau pendidikan beserta masalah – masalahnya secara kritis.
3.        Dapat terpenuhi tuntutan intelektual dan akademik dengan landasan asas bahwa berfilsafat adalah berpikir logis yang runtut dan kritis, maka berfilsafat oendidikan mempunyai kemampuan semacam itu. Oleh karena itu diharapkan dapat mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya pribadi pendidik yang baik. Maka mempelajari filsafat pendidikan itu mengandung optimism dan menggembirakan.








BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Bahwa filsafat pendidikan adalah  aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi. Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada terbentuknya pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha – usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

b.      Saran
Menurut kelompok 2 mahasiswa harus mempelajari dan memahami  filsafat pendidikan dengan baik. Jadikanlah filsafat sebagai penentu terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan modernisasi.








DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2014. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press.
Tafsir. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia.
http://vie-biology.blogspot.ae/2011/03/filsafat –pendidikan.html?m=1. (23-02-2016:13.28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar